BI Telah Guyur Insentif Likuiditas 108 Triliun kepada 122 Bank
- Minggu, 10 September 2023
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) melaporkan telah memberikan insentif berupa pelonggaran likuiditas senilai Rp108,4 triliun per 14 Juni 2023, kepada sebanyak 122 perbankan.
Untuk diketahui, BI sejak 1 April 2023 kembali menaikkan besaran total insentif likuiditas yang dapat diterima bank menjadi sebesar 2,8 persen. Insentif diberikan kepada bank yang menyalurkan kredit kepada 46 sektor prioritas, sektor inklusif, dan pembiayaan hijau.
“Kami sudah lakukan hitungan, selama ini yang eksisting [pemberian maksimal] 280 basis poin, dari data terakhir sudah diberikan kelonggaran insentif likuiditas yang bisa disalurkan untuk kredit sebesar Rp108,4 triliun,” ungkap Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial BI Solikin M. Rabu (9/8/2023).
Baca JugaPresiden Prabowo Usulkan ASEAN Kirim Tim Pengamat untuk Awasi Pemilu Myanmar 2025
Sebagai gambaran, BI telah memberikan insentif pelonggaran likuiditas sejak 1 Maret 2022. Saat itu, pelonggaran diberikan kepada bank yang menyalurkan kredit kepada sebanyak 38 sektor prioritas dan sektor inklusif, dengan batas maksimal insentif 1 persen.
Selanjutnya, pada 1 September 2022, BI menaikkan besaran insentif yang dapat diterima bank menjadi sebesar 2 persen. Sektor prioritas yang sebelumnya ditetapkan sebanyak 38 naik menjadi 46 sektor.
Dengan batasan yang kembali dinaikkan menjadi 2,8 persen pada 1 April 2023, Solikin mengatakan bank memiliki kelonggaran lebih dari sisi likuiditas karena tidak perlu memenuhi kewajiban giro wajib minimum (GWM) 9 persen.
Selanjutnya, BI akan kembali melakukan penajaman dengan menaikkan maksimal besaran insentif yang dapat diterima bank menjadi sebesar 4 persen. Penajaman likuiditas ini akan berlaku pada 1 Oktober 2023.
Solikin menjelaskan, penajaman insentif tersebut lebih berfokus pada sektor-sektor yang dapat memberikan daya ungkit lebih bagi pertumbuhan ekonomi.
Sebelumnya, fokus insentif lebih kepada sektor-sektor yang dinilai memiliki daya tahan, bisa menopang pertumbuhan, dan sektor-sektor yang masih mengalami scarring effect akbar pandemi Covid-19.
“Dari evaluasi kita, sektor-sektor itu sudah baik dari sisi kinerja dan dukungan pembiayaan, sehingga kita perlu fokuskan dan dipertajam, yang tadinya 46 sektor, sekarang pada sektor tertentu yang bisa memberikan daya ungkit lebih tinggi pada pertumbuhan ekonomi,” jelasnya.
Sektor-sektor tersebut diantaranya sektor terkait hilirisasi, baik minerba maupun nonminerba, perumahan (termasuk perumahan rakyat), pariwisata (termasuk hotel, restoran, daan kafe), inklusif, dan pembiayaan hijau.
Redaksi
wartaenergi.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Iuran BPJS Kesehatan Akan Disesuaikan Secara Bertahap Mulai Tahun 2026
- Senin, 27 Oktober 2025
BLT Kesra Rp900.000 Oktober 2025 Belum Cair? Ini Penyebab dan Solusinya
- Senin, 27 Oktober 2025
Keamanan Coretax Ditingkatkan, Data Wajib Pajak Kini Terlindungi Maksimal
- Senin, 27 Oktober 2025
BTN Perkuat Layanan Perbankan Digital dengan Pembukaan BTN Digital Store Strategis
- Senin, 27 Oktober 2025
Berita Lainnya
KAI Tambah 22 Kereta Api Selama November 2025, Penumpang Bisa Pesan Tiket Lebih Awal
- Senin, 27 Oktober 2025
Cara Cek NIK Penerima Bansos Oktober 2025, BLT Kesra Rp900 Ribu Sudah Cair
- Senin, 27 Oktober 2025
BMKG Juanda Prediksi Surabaya Berawan Sepanjang Hari, Suhu Capai 33 Derajat
- Senin, 27 Oktober 2025
5 Mobil Listrik Canggih dengan Jarak Tempuh 500 Km, Siap Ramaikan Pasar Indonesia
- Senin, 27 Oktober 2025












